Senin, 05 Juli 2010

Perubahan Iklim dan Dampaknya pada Kesehatan

Perubahan Iklim dan Dampaknya pada KesehatanPemanasan global dapat mempengaruhi iklim dan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut memiliki dampak bagi kesehatan. Perubahan iklim ini terutama berdampak besar pada negara-negara miskin. Iklim yang ekstrem dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu suhu yang ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin) dan bencana alam seperti banjir, kekeringan, atau angin topan. Fluktuasi cuaca dalam jangka pendek dapat menimbulkan efek seperti heat stress dan hipotermia.

Perubahan suhu sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit. Faktor iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan kondisi yang lembab agar dapat hidup. Suhu yang lebih hangat meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan mempersingkat waktu pematangan dalam badan vektor tersebut sehingga vektor lebih cepat menjadi infeksius. Selain itu, suhu mempengaruhi perilaku nyamuk yang memungkinkan terjadinya penularan. Suhu yang lebih hangat cenderung meningkatkan perilaku menggigit nyamuk dan menghasilkan nyamuk dewasa yang lebih kecil sehingga membutuhkan darah yang lebih banyak agar dapat bereproduksi.

Salah satu penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk yang paling sensitif terhadap perubahan iklim jangka panjang adalah malaria. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Suhu yang sangat tinggi memiliki efek mematikan bagi nyamuk dan parasit malaria. Namun pada suhu rendah, peningkatan suhu sedikit saja dapat meningkatkan resiko transmisi malaria. Selain malaria, penyakit yang juga disebarkan oleh nyamuk adalah dengue. Dengue umumnya terjadi pada cuaca yang lebih hangat dan lembab. Perubahan iklim berkaitan dengan pola hujan. Pola hujan dapat mempengaruhi penyebaran berbagai mikroorganisme yang dapat menyebarkan penyakit. Hujan dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke air tanah. Organisme yang ditemukan antara lain kriptosporodium, giardia, dan E.coli yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna seperti diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan.

Hujan yang terus menerus dapat menimbulkan banjir. Adanya banjir dapat memberikan tempat yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya bertambah. Banjir juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat adanya kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Wabah seperti kolera, tifoid, dan diare timbul setelah banjir, sedangkan kekeringan menyebabkan kurangnya air yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular. Kekeringan juga menyebabkan panen terancam gagal dan produksi panen menurun, Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan dan kelaparan yang mengarah pada terjadinya penyakit dan malnutrisi yang pada akhirnya meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.

Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan pembentukan polutan udara selain karbondioksida. Gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti minyak dan batu bara menambah polusi udara. Paparan polutan tersebut dapat memperberat penyakit kardiovaskular dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian dini.

Perubahan iklim global disertai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas (heatwaves). Suhu yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan kematian. Di berbagai negara dengan suhu yang ekstrem, tingkat kematian selama musim dingin lebih tinggi 25-30% dibandingkan selama musim panas. Sebagian besar kematian akibat suhu yang ekstrem terjadi pada orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki penyakit tertentu terutama penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan. Lansia dan anak-anak merupakan golongan yang paling rentan.

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan? Siapapun memiliki peran dalam mencegah terjadinya efek negatif perubahan iklim akibat pemanasan global terhadap kesehatan. Individu dan sektor bisnis dapat membantu mengambil langkah untuk mengurangi pembakaran bahan bakar fosil melalui konservasi energi, penggunaan teknologi yang telah tersedia dengan lebih baik, dan pengembangan teknologi baru yang ramah lingkungan. Hal tersebut dapat menghemat energi sebesar 10-30%.

Pemerintah berperan penting dalam pembuatan dan implementasi kebijakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pengurangan yang signifikan dapat ditempuh dengan menggunakan serangkaian teknologi dan alat-alat kebijakan untuk mengakselerasi pengembangan teknologi. Meskipun demikian, perlu pula untuk menilai resiko terhadap kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi tersebut.

Dokter dan praktisi kesehatan masyarakat dapat membantu mengurangi dampak secara langsung dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk populasi yang rentan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengawasan kesehatan masyarakat, surveilans penyakit dan kontrol program yang lebih baik, vaksinasi sebagai pencegahan, dan edukasi kesehatan kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar